Minggu, 31 Juli 2011

PROFIL KELOMPOK PENGRAJIN KIPAS JIPANGAN

Para pengrajin kipas Jipangan tergabung dalam satu kelompok yang bekerja di bawah naungan Bapak Tumadi yakni dalam paguyuban Surya Souvenir yang beralamat di RT 01. Satu kelompok ini terdiri dari 25-30 anggota di mana sistem pengerjaannya bisa dilakukan secara harian, borongan, dan sebagian besar anggotanya ialah ibu-ibu rumah tangga. Kelompok ini berdiri sekitar 4 tahun silam dan masih belum terorganisir dengan baik hingga sekarang sehingga levelnya masih informal. Harga kipas yang diperdagangkan dibandrol seharga Rp 500 hingga Rp 5000. Untuk ukuran kecil, harga kipas dipatok sebesar Rp 600 sementara untuk ukuran sedang, harga kipas dipatok sebesar Rp 1000. Jenis-jenis kipas, paling mahal seharga Rp 5000, untuk ukuran besar Rp 12.000 sementara untuk tingkat hiasan dinding seharga Rp 30.000. Adapun untuk informasi pemesanan dan katalog kipas akan ada pada bagian posting selanjutnya. Total omset per bulan kelompok ini mencapai Rp 200.000. Dari semua pengrajin kipas dalam kelompok ini, hanya 2 hingga 3 orang saja yang mampu menyelesaikan hingga tahap finishing, kendalanya ialah para pengrajin hanya mampu menyelesaikannya dalam tahap setengah jadi saja. Para pengrajin kipas ini tidak mengurusi penjualan dan juga manajemennya. Surya Souvenir melayani pesanan kipas minimal sebanyak 200 yang dipergunakan sebagai undangan atau souvenir.
Adapun kendala mengapa kelompok pengrajin kipas ini tidak tergabung dalam wadah koperasi ialah karena koperasi merupakan suatu badan hukum yang membutuhkan kecakapan modal awal sebesar Rp 15 juta rupiah sementara kelompok pengrajin kipas ini modalnya masih belum memadai akibat sistem kredit yang masih membebani di Indonesia. Kelompok pengrajin kipas ini pernah mengekspor kipasnya hingga Malaysia, Perancis, Singapura, dan Timur Tengah. Adapun kendala ekspor bagi para pengrajin kipas ini ialah kurangnya SDM, permintaan ekspor besar sementara karena pengerjaan masih dilakukan secara manual atau tradisional sehingga waktu untuk memenuhi pesanan tersebut tidak cukup, dan juga selain itu produk handmade diregulasi sangat ketat oleh pihak importir. Sebagai contoh ialah kipas yang layak ekspor di luar negeri harus memenuhi syarat ukuran yang terlalu detail hingga ukuran milimeter pun diperhatikan dan tingkat kekeringan kipas juga diukur, yakni minimal kadar air sebesar 5% sehingga musim juga turut menentukan kualitas kipas.
Permintaan ekspor paling banyak berasal dari luar daerah Jogja, yakni sebesar 80%nya. Produksi kipas lokal ini terkait masalah ekspor masih kalah dengan China karena pengerjaan masih manual dan belum memiliki mesin irat bambu sebagai sarana peningkatan produktivitas dan kualitas dikarenakan mahalnya harga mesin irat yakni yang masih berkualitas uji coba saja sudah seharga Rp 16 juta rupiah, dan mesin irat ini masih menunggu bantuan terutama dari Kabupaten.
Para pengrajin kipas ini hanya mampu menghasilkan produksi kipas hingga tahap ½ jadi saja, yakni sebesar 70% total produksi kipas dan justru daerah lain membeli produksi kipas ½ jadi Jipangan untuk diolah selanjutnya hingga tahap akhir. Adapun pesaing dari produk kipas Jipangan ialah daerah Banyon dan Pocung.
Dapat disimpulkan dalam artikel kali ini bahwa para pengrajin kipas Jipangan masih memiliki banyak kendala yang menyebabkan kelompok tersebut tidak berkembang yakni terkait dengan keterbatasan jumlah dan kualitas sumber daya manusia sebagai tenaga kerja, jaringan pemasaran, kerja sama dari pihak penyalur kredit dalam bantuan permodalan, regulasi ekspor yang sangat ketat, dan teknologi yang masih dalam kapasitas tradisional sehingga produktivitas yang diserap rendah.

3 komentar:

  1. Www.rarasouvenir.com
    Salam sukses slalu buat pengrajin kipas...

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. www.vizen-craft.com

    Semoga bisa membantu mebuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar.

    BalasHapus