Minggu, 31 Juli 2011

KATALOG SURYA SOUVENIR














batik large
@4000 (+box)











undangan
@Rp 2500 (+box)












sablon large
@Rp 2500 (+box)












bulat medium
@Rp 2500 (+box)












batik small
@Rp 3000 (+box)

Informasi pemesanan dan harga lebih lanjut bisa langsung datang ke showroom yang beralamatkan di Jipangan RT 01 Bangunjiwo Kasihan Bantul YK atau telepon ke (0274) 6857145 / 3038894, 081328012160 / 087878252775.
Untuk pembayaran pesanan bisa langsung transfer ke rekening BCA: 4450747225 a.n Suryani atau rekening Mandiri: 1370004597072 a.n Tumadi.
Email: madycraft@yahoo.com

*pesanan minimal: 200 biji

PROFIL KELOMPOK PENGRAJIN KIPAS JIPANGAN

Para pengrajin kipas Jipangan tergabung dalam satu kelompok yang bekerja di bawah naungan Bapak Tumadi yakni dalam paguyuban Surya Souvenir yang beralamat di RT 01. Satu kelompok ini terdiri dari 25-30 anggota di mana sistem pengerjaannya bisa dilakukan secara harian, borongan, dan sebagian besar anggotanya ialah ibu-ibu rumah tangga. Kelompok ini berdiri sekitar 4 tahun silam dan masih belum terorganisir dengan baik hingga sekarang sehingga levelnya masih informal. Harga kipas yang diperdagangkan dibandrol seharga Rp 500 hingga Rp 5000. Untuk ukuran kecil, harga kipas dipatok sebesar Rp 600 sementara untuk ukuran sedang, harga kipas dipatok sebesar Rp 1000. Jenis-jenis kipas, paling mahal seharga Rp 5000, untuk ukuran besar Rp 12.000 sementara untuk tingkat hiasan dinding seharga Rp 30.000. Adapun untuk informasi pemesanan dan katalog kipas akan ada pada bagian posting selanjutnya. Total omset per bulan kelompok ini mencapai Rp 200.000. Dari semua pengrajin kipas dalam kelompok ini, hanya 2 hingga 3 orang saja yang mampu menyelesaikan hingga tahap finishing, kendalanya ialah para pengrajin hanya mampu menyelesaikannya dalam tahap setengah jadi saja. Para pengrajin kipas ini tidak mengurusi penjualan dan juga manajemennya. Surya Souvenir melayani pesanan kipas minimal sebanyak 200 yang dipergunakan sebagai undangan atau souvenir.
Adapun kendala mengapa kelompok pengrajin kipas ini tidak tergabung dalam wadah koperasi ialah karena koperasi merupakan suatu badan hukum yang membutuhkan kecakapan modal awal sebesar Rp 15 juta rupiah sementara kelompok pengrajin kipas ini modalnya masih belum memadai akibat sistem kredit yang masih membebani di Indonesia. Kelompok pengrajin kipas ini pernah mengekspor kipasnya hingga Malaysia, Perancis, Singapura, dan Timur Tengah. Adapun kendala ekspor bagi para pengrajin kipas ini ialah kurangnya SDM, permintaan ekspor besar sementara karena pengerjaan masih dilakukan secara manual atau tradisional sehingga waktu untuk memenuhi pesanan tersebut tidak cukup, dan juga selain itu produk handmade diregulasi sangat ketat oleh pihak importir. Sebagai contoh ialah kipas yang layak ekspor di luar negeri harus memenuhi syarat ukuran yang terlalu detail hingga ukuran milimeter pun diperhatikan dan tingkat kekeringan kipas juga diukur, yakni minimal kadar air sebesar 5% sehingga musim juga turut menentukan kualitas kipas.
Permintaan ekspor paling banyak berasal dari luar daerah Jogja, yakni sebesar 80%nya. Produksi kipas lokal ini terkait masalah ekspor masih kalah dengan China karena pengerjaan masih manual dan belum memiliki mesin irat bambu sebagai sarana peningkatan produktivitas dan kualitas dikarenakan mahalnya harga mesin irat yakni yang masih berkualitas uji coba saja sudah seharga Rp 16 juta rupiah, dan mesin irat ini masih menunggu bantuan terutama dari Kabupaten.
Para pengrajin kipas ini hanya mampu menghasilkan produksi kipas hingga tahap ½ jadi saja, yakni sebesar 70% total produksi kipas dan justru daerah lain membeli produksi kipas ½ jadi Jipangan untuk diolah selanjutnya hingga tahap akhir. Adapun pesaing dari produk kipas Jipangan ialah daerah Banyon dan Pocung.
Dapat disimpulkan dalam artikel kali ini bahwa para pengrajin kipas Jipangan masih memiliki banyak kendala yang menyebabkan kelompok tersebut tidak berkembang yakni terkait dengan keterbatasan jumlah dan kualitas sumber daya manusia sebagai tenaga kerja, jaringan pemasaran, kerja sama dari pihak penyalur kredit dalam bantuan permodalan, regulasi ekspor yang sangat ketat, dan teknologi yang masih dalam kapasitas tradisional sehingga produktivitas yang diserap rendah.

TRADISI MASYARAKAT JIPANGAN

Nyadran



Nyadran merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jipangan bertempat di Balai makam setiap malam Jumat yang diperuntukkan untuk mendoakan arwah-arwah leluhur melalui ritual Tahlilan di mana intensitas tradisi nyadran meningkat jika mendekati bulan ramadhan.











Kenduren
Kenduren merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jipangan untuk memperingati momen-momen penting khususnya syukuran yakni dengan mengundang masyarakat ke rumah tuan rumah yang diisi dengan acara pengajian, tahlilan, dan jamuan makan.






Wayangan
Diadakan setiap malam hari, biasanya malam minggu dan menampilkan dalang (pemain wayang) ternama. Gara-gara merupakan momen yang biasanya paling ditunggu oleh warga saat wayangan.






Gotong Royong
Gotong royong warga biasa dilaksanakan setiap hari Minggu pagi dan ditiadakan ketika Bulan Ramadhan. Sehubungan dengan dijadikannya Pedukuhan Jipangan sebagai sentra kipas maka dibutuhkan bangunan monumental berupa gapura yang saat ini masih dalam proses pembangunan.

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DUKUH JIPANGAN

MENGENAI KIPAS


Kerajinan bambu merupakan salah satu produk unggulan Kabupaten Bantul. Bantul merupakan daerah pedesaan yang sangat berpotensi mendukung perkembangan industri kerajinan bambu. Tanaman bambu sangat mudah didapatkan di hampir seluruh wilayah Bantul dikarenakan sebagian besar jenis tanah di Bantul termasuk jenis tanah yang lembab sehingga sangat cocok untuk pertumbuhan bambu. Kondisi tersebut menjadikan industri kerajinan bambu di Bantul tumbuh dan berkembang karena tidak ada kendala untuk memperoleh bahan bakunya sendiri, yakni bambu. Salah satu produk unggulan Kabupaten Bantul adalah kerajinan kipas bambu.
Dusun Jipangan merupakan salah satu mitra dalam industri kecil kerajinan kipas bambu ini. Usaha kerajinan kipas di dusun Jipangan dimulai sekitar tahun 1987 dan hingga saat ini terdapat 25 pengrajin kipas atau sekitar 40% dari jumlah kepala keluarga di Dusun Jipangan. Saat ini telah berdiri sebuah kelompok pengrajin kipas dari Jipangan dengan nama “Mas Panji” yang merupakan singkatan dari Masyarakat Pengrajin Jipangan dengan kantor sekretariat yang terletak di RT 04. Mas Panji didirikan bertujuan sebagai sarana komunikasi antara pengrajin dalam membangun dan mengembangkan usaha kerajinan di Dusun Jipangan. Setiap pengrajin memiliki pekerja sebanyak 7 orang yang seluruhnya juga merupakan warga Jipangan. Usaha kerajinan kipas bambu ini telah berhasl mengangkat perekonomian masyarakat Jipangan khususnya setelah diluluhlantakkan oleh gempa pada tahun 2006 silam.
Kipas dari Jipangan menggunakan bahan baku bambu rsebagai kerangka kipas. Bambu yang digunakan adalah bambu wulung atau bambu hitam karena seratnya halus dan tidak banyak serabut. Tanaman bambu sangat mudah didapat dari wilayah Jipangan sehingga pengrajin tidak menemui kendala untuk memperolehnya. Namun bila harus beli dari pedagang, harganya sekitar Rp 12.000 per batang dengan panjang sekitar 10 meter.
Produksi per harinya, setiap pengrajin mampu membuat 40 kipas sehingga rata-rata per bulannya produksi kipas bambu Jipangan bisa mencapai sebanyak 3000 buah. Harga kipas bambu Jipangan ukuran kecil Rp 800/buah, ukuran standar berkisar antara Rp 2.000 hingga Rp 3.000, sementara yang besar seharga Rp 8.000. Sedangkan ukuran yang super bisa mencapai harga Rp 30.000 hingga Rp 50.000. Namun ada pesanan khusus sesuai permintaan dengan harga sesuai ukuran kipasnya. Produk kipas bambu Jipangan selain dipasarkan di wilayah Bantul dan Yogyakarta, juga ada yang diekspor ke luar daerah seperti Bandung, Jakarta, dan Bali, bahkan ada juga yang telah diekspor ke Australia melalui eksportir.


Selasa, 26 Juli 2011

PROFIL UMUM


Secara geografis Pedukuhan Jipangan merupakan daerah pegunungan dan berupa hamparan sawah. Pedukuhan Jipangan berbatasan dengan Pedukuhan Banyon, Pendowoharjo dan Sungai Bedog (timur).
Luas wilayah Pedukuhan Jipangan 71.489 Ha, jumlah penduduk ± 1680 jiwa, terbagi atas 10 Rukun Tetangga dan terdiri dari 455 Kepala Keluarga.
Menggarap lahan pertanian dan pembuatan produk kerajinan bambu merupakan penghasilan pokok warga demi kelangsungan hidupnya. Produk kipas bambu (souvenir) yang dirintas sejak tahun 1985 hingga sekarang mampu mendobrak perekonomian dan merupakan penghasilan andalan warga Jipangan.
Pedukuhan Jipangan sendiri terletak di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY. Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY mempunyai rintisan/gagasan untuk mempromosikan hasil produk industri kerajinan sebagai desa tujuan wisata baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara dimana pedukuhan-pedukuhan penghasil produk kerajinan tersebut kemudian disingkat dengan nama KAJIGELEM yang terdiri dari:
- Pedukuhan Kasongan sentra industri kerajina gerabah
- Pedukuhan Jipangan sentra industri kerajinan kipas bambu
- Pedukuhan Gendeng sentra kerajina tatah dan sungging kulit perkamen
- Pedukuhan Lemahdadi sentra industri kerajinan patung batu
Pedukuhan Jipangan merupakan salah satu daerah tujuan wisata ingin berbenah diri menata lingkungan dan menjaga kualitas hasil produknya. Dalam hal pemasaran hasil produk kerajinan kipas bambu tersebut tidak hanya pasaran dalam negeri melainkan sudah ekspor ke mancanegara.